Rabu, 11 November 2009

LAPORAN INVESTIGASI JURNALISTIK 2 (Perilaku Lesbian


LESBIAN adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual. Lesbian adalah seorang yang penuh kasih.

Pada saat ini kata lesbian digunakan untuk menunjuk kaum gay wanita. Ada beberapa terminologi yang sering dihubungkan dengan menjadi seorang lesbian:

Seringkali mempunyai stereotype sebagai pasangan yang lebih dominan dalam hubungan seksual. terkadang daam hubungan seksualnya adalah satu arah sehingga Butch lebih digambarkan sebagi sosok yang tomboy, agresif, aktif, melindungi dan lain-lain.

Biasanya lebih cenderung di bawah kondisi dari pasangannya. terkadang daam hubungan seksualnya lebih digambarkan sebagi sosok yang feminism, lembut, sebagai orang yang dilindungi.

Androgini adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki) dan γυνή (guné, yang berarti perempuan) yang dapat merujuk kepada salah satu dari dua konsep terkait tentang gender. Artinya pencampuran dari ciri-ciri maskulin dan feminin, baik dalam pengertian fesyen, atau keseimbangan antara "anima dan animus" dalam teori psikoanalitis.

Seorang androgini dalam arti identitas gender, adalah orang yang tidak dapat sepenuhnya cocok dengan peranan gender maskulin dan feminin yang tipikal dalam masyarakatnya. Mereka juga sering menggunakan istilah ambigender untuk menggambarkan diri mereka. Banyak androgini yang menggambarkan dirinya secara mental "di antara" laki-laki dan perempuan, atau sama sekali tidak bergender. Mereka dapat menggolongkan diri mereka sebagai orang yang tidak bergender, a-gender, antar-gender, bigender, atau yang gendernya mengalir (genderfluid).

Kasus :

Ketika digelar Kuliah Umum di kampus ITB yang diselenggarakan oleh salah satu unit kegiatan mahasiswa, Pusat Studi Ilmu Kemasyarakatan (PSIK) ITB. Kuliah Umum ini mengambil Tema “Dinamika Lesbian di Indonesia”. Pembicara utamanya, Bumi Hadiarti sebagai seorang lesbian.

Bumi Hadiarti seorang lesbian yang sampai saat ini masih berstatus mahasiswi HI-UNPAD. Ia berani menyatakan dirinya seorang lesbian sejak kelas 2 SMU. Keberanian ini mengundang banyak tantangan dan hambatan, baik dari dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya. “Saya memang nekat, karena saya tidak mau berbohong pada siapapun termasuk diri saya sendiri,” aku Bumi.

Bumi banyak berbicara mengenai definisi heteroseksual, homoseksual, transeksual dan transgender. Homoseksual berarti ketertarikan seksual pada sesama jenis, ini berkebalikan dengan heteroseksual. Transeksual berarti pergantian kelamin secara utuh, sedangkan transgender berarti pergantian kelamin dari penampilan dan perilaku saja. Pemahaman definisi ini sangat perlu disebarluaskan agar tidak terjadi kesalahan dalam penilaian sosial terhadap kaum gay, lesbian dan waria.

Bumi menyebutkan bahwa posisi sosial kaum lesbian seperti kloset berlapis. Perempuan dalam dunia ini menduduki posisi kedua setelah laki-laki, sehingga posisi perempuan selalu terpinggirkan. Apalagi kaum lesbian yang notabene tidak tertarik secara seksual pada kaum adam, secara sosial mereka semakin terpinggirkan. “Sudah perempuan, lesbian pula!” ungkap Bumi. Tatanan sosial ini dipengaruhi oleh sistem patriarkhi dan heterosentris yang dianut oleh hampir seluruh dunia. Komunitas lesbian di Indonesia sendiri sampai sekarang masih berupa komunitas bawah tanah. Komunitas lesbian tidak menginginkan mereka diakui secara hukum melainkan dianggap setara dengan kaum heteroseksual.

Masalah yang terus dihadapi oleh kaum lesbian ialah stigma masyarakat. Kaum lesbian dianggap amoral, berperilaku asusila dan suka mengganggu kaum heteroseksual. Padahal kenyataannya kaum lesbian sama dengan kaum heteroseksual. Mereka berperilaku sama dengan kaum heteroseksual, tidak berbeda. Menurut Bumi, stigma ini melekat hanya karena kaum homoseksual jarang ditemui (uncommon) bila dibandingkan dengan heteroseksual yang umum dikenali oleh masyarakat. Tapi ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi kita untuk menolak/menentang kaum homoseksual, karena homoseksual merupakan pilihan. Sikap yang terbaik ialah sadar bahwa mereka ada di tengah-tengah kita tanpa melakukan diskriminasi.

Berikut hasil wawancara kepada beberapa kaum lesbian :

Oleh : Anisa Amatul Hayee

2007 – 53 – 011

WAWANCARA 1

Nama : Nadia (nama samaran)

Usia : 22 tahun

Mahasiswi

Tanya : kegiatan yang sedang kamu jalani selain kuliah apa saja ?

Jawab : saya bekerja sebagai SPG di suatu perusahaan mobil.

Tanya : pernah pacaran sesama jenis itu mulai kapan ?

Jawab : waktu di bangku sekolah.

Tanya : kelas berapa ?

Jawab : kelas 3 SMA.

Tanya : boleh tahu tidak alasannya apa ?

Jawab : alasannya sih klise ya.. karena kecewa sama cowok, jadi saya memutuskan untuk pacaran sesama jenis.

Tanya : pacar kamu itu satu sekolah atau bukan ?

Jawab : satu sekolah juga. Dan waktu itu dia adik kelas saya.

Tanya : terus bertahan berapa lama ?

Jawab : cuma 1 bulan. Tapi setelah putus kita masih tetap berhubungan baik. Sempet sih putus nyambung juga. Ya walaupun sekarang udah nggak baik lagi.

Tanya : nggak baik ? boleh tahu alasannya ?

Jawab : karena ada salah paham aja.

Tanya : terus, kira-kira gaya pacaran kamu dengan dia itu sampai sejauh mana ?

Jawab : masih dalam batas wajar sih. Belum sampai berhubungan intim. Cuma sebatas pegangan tangan, berciuman sama berpelukan.

Tanya : apakah kamu sadar berperilaku seperti itu adalah tidak baik ?

Jawab : sebenarnya saya sadar. Sadar banget kalau perilaku tersebut bukan suatu perbuatan yang baik dan wajar. Cuma ya karena sempet kecewa itu, waktu itu kan saya masih sekolah dan masih labil. Kebawa sama pergaulan juga sih.

Tanya : temen-temen kamu ada yang ngedukung ?

Jawab : sebenernya temen-temen sih nggak ada yang ngedukung, cuma ada beberapa temen yang cuek dan nggak mau ikut campur. Tapi ada juga yang kontra dengan apa yang saya jalani itu.

Tanya : yang kontra itu ngejauhin kamu atau tidak ?

Jawab : sempet dijauhin, sempet berantem juga. Cuma nggak lama.

Tanya : terus apakah kamu ada keinginan untuk kembali berpacaran dengan dia ?

Jawab : dulu sih sempet ada keinginan untuk balik lagi, cuma saya rasa nggak perlu lah. Saya kan nggak lagi muda, saya juga punya keinginan untuk menjadi lebih baik.

Tanya : kalau keinginan untuk berpacaran dengan sesama jenis lainnya ?

Jawab : jujur sih ada. Tapi kalau buat ngejalaninnya udah nggak. Soalnya udah capek dan lagi pula juga nggak ada untungnya.

Tanya : sekarang kamu punya pacar ?

Jawab : punya.

Tanya : hubungan kamu dengan pacar kamu sekarang itu sejauh apa ?

Jawab : baru kenal dekat aja.

Tanya : pacar kamu sekarang ini laki-laki atau perempuan ?

Jawab : laki-laki

Tanya : terus kalau dengan mantan-mantan kamu yang lain apakah pernah melakukan hubungan selain berpegangan tangan atau berciuman ?

Jawab : pernah.

Tanya : apa ?

Jawab : yaa.. pernah lah pasti. Pacaran jaman sekarang pasti pernah lah melakukan hubungan hubungan lebih dalam. Seperti hubungan intim.

Tanya : ada perasaan menyesal ?

Jawab : menyesal itu ada, sempet minder juga. Tapi buat apa dipikirin. Toh waktu itu juga melakukannya atas dasar suka sama suka.

Tanya : terus, apakah kamu memikirkan resikonya ?

Jawab : mikirin sih. Takut tertular penyakit kelamin, takut hamil diluar nikah juga. Yaa takut lah..

Tanya : berarti kamu belum sampai hamil ?

Jawab : oh.. belum. Saya juga sangat hati-hati sekali. Makanya sebelum itu terjadi, saya ada niat untuk berhenti. Saya harap sih pacar saya yang sekarang tidak melakukan tindakan seperti itu.

Tanya : kamu kan merasa dirugikan. Terus, sikap mantan kamu itu gimana ?

Jawab : sekarang sih masih suka ngejar, masih berusaha untuk balik dan manjalin hubungan. Tapi karena saya udah sakit hati, jadi saya berusaha menghindar.

Tanya : kalau boleh tahu, sebab putusnya apa ?

Jawab : dia selingkuh dengan teman saya.

Tanya : trauma gag ?

Jawab : trauma sih iya.

Tanya : tapi trauma kamu itu nggak membuat kamu untuk kembali berpacaran dengan sesama lagi ?

Jawab : ada sih.. tapi ya itu tadi, saya kan nggak lagi muda. Saya rasa nggak perlu lah seperti itu lagi. Saya kan ingin berubah.

Tanya : keadaan ini diketahui temen-temen atau tidak ?

Jawab : awalnya sih saya sempet nutupin, tapi karena saya juga butuh cerita, jadi saya curhat ke teman-teman dekat saja.

Tanya : oh.. gitu...oke deh, makasih ya atas waktunya..

Wawancara 2

Nama : Dian (nama samaran)

Usia : 20 thn

Tanya : kegiatan yang sedang kamu jalani sekarang ?

Jawab : aku kerja di perusahaan asuransi Jaya Proteksi, bagian Administrasi.

Tanya : sebelumnya pernah kuliah ?

Jawab : iya. Di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Tanya : sekarang kamu tinggal dimana ?

Jawab : daerah Ciledug.

Tanya : pertama kali berpacaran dengan sesama jenis itu kapan ?

Jawab : waktu duduk di kelas 2 SMA, sekitar umur 16 tahun.

Tanya : alasannya ?

Jawab : karena merasa nyaman aja. Awalnya sih cuma coba-coba, pengen tahu rasanya pacaran sesama jenis, ternyata malah keterusan. Lagi pula karena dorongan keluarga aku juga yang broken.

Tanya : bagaimana kamu bisa berkenalan dengan pasangan kamu waktu itu ?

Jawab : dia satu sekolah sama aku.

Tanya : apakah sebelumnya dia sudah memiliki perilaku menyimpang ?

Jawab : nggak, awalnya dia normal. Trus makin lama makin deket, dan punya niat aja buat ngejalin hubungan. Jadi ya dijalanin deh..

Tanya : pernah berpacaran dengan lawan jenis ?

Jawab : iya, pernah.

Tanya : apa yang kamu rasakan ?

Jawab : nyaman sih. Tapi gag ada perasaan sayang atau cinta.

Tanya : apakah pacaran dengan lawan jenis menjadi alasan utama kamu berperilaku seperti ini ? mungkin karena sakit hati ?

Jawab : iya. Aku pernah trauma sama pacaran dengan lawan jenis. Waktu itu pernah diselingkuhin, trus ditinggalin gitu aja. Makanya aku coba buat pacaran sesama jenis.

Tanya : apakah orang-orang yang berprilaku seperti ini memiliki komunitasnya sendiri ?

Jawab : iya ada komunitasnya. Paling ngumpul-ngumpul doang. Tapi biasanya setiap minggunya ada acara gathering gitu. Uang masuknya sekitar Rp 50 ribu sampe Rp 200 ribu. Tempatnya itu biasanya di Mahakam.

Tanya : kamu ikut komunitas tersebut ?

Jawab : nggak. Aku nggak tertarik buat kumpul-kumpul kayak gitu. Buat aku sih masing-masing aja. Nggak mau tahu orang-orang yang punya kepribadian kayak aku.

Tanya : untuk sekarang, apakah kamu merasa nyaman dengan hidup seperti ini ?

Jawab : nyaman sih. Sekarang aku sama pasangan aku udah jalan 10 bulan. Udah sama-sama sayang lah.

Tanya : lalu, apakah kamu sadar bahwa perilaku seperti ini menyimpang ?

Jawab : sadar sih, tapi kalo kayak gini udah menyangkut perasaan. Soal salah atau nggak itu belakangan.

Tanya : ada keinginan untuk kembali normal ?

Jawab : belum ada.

Tanya : pernah mengalami tekanan nggak dari pihak luar ?

Jawab : pernah dilabrak sih sama keluarga dari pasangan aku. Tapi setelah itu tetap ngejalin hubungan walaupun diem-diem.

Tanya : keluarga kamu tahu ?

Jawab : nggak.

Tanya : trus, tanggapan temen-temen kamu yang tahu bagaimana ?

Jawab : ada yang biasa aja, ada juga yang ngejauh.

Tanya : ada masukan dari temen-temen deket kamu nggak ?

Jawab : ada sih. Kadang aku dinasehatin.

Tanya : hubungan kamu dalam berpacaran sejauh apa ?

Jawab : yaa.. Pacaran jaman sekarang.. lebih dari sekedar pegangan tangan lah..

Tanya : sempat terlintas untuk menikah sesama jenis ?

Jawab : iya sempat. Sekarang aku sih udah tunangan, tapi gimana nanti aja. Aku juga belum terlalu mikir panjang.

Tanya : oke deh.. makasih ya buat waktunya..

Oleh : Annisa Mirandra

2007 – 53 - 026

Wawancara 3

Nama : Ical (nama samaran)

Usia : 18 thn

Mahasiswi

Tanya : kegiatan yang sedang kamu jalani selain kuliah apa saja ?

Jawab : saya mengikuti basket dan teater

Tanya : sekarang kamu tinggal dimana ?

Jawab : saya tinggal di petamburan – Jakarta barat bersama orang tua

Tanya : pertama kali berpacaran dengan sesama jenis itu kapan ?

Jawab : saya pertama kali berpacaran sesama jenis itu mulai SMP kelas 1

Tanya : Alasannya apa?

Jawab : Sebenarnya sih Cuma sekedar iseng-iseng saja. Karena banyak cewek yang bilang saya itu seperti cowok dan banyak yang mengidolakan saya. Pernah juga ada seorang cewek yang bilang ke saya, “Kenapa enggak jadi cowok saja? Lagi pula kamu ganteng?”. Langsung lah terlintas dipikiran saya untuk menjadi cowok.

Tanya : Ada enggak sih selain itu alasan kamu melakukan penyimpangan seperti itu? Maksud saya karena sakit hati sama cowok

Komunitas Lesbian

Layaknya negara, partai dan lembaga baik pemerintahan maupun swasta. Komunitas lesbian juga memiliki beberapa divisi dan memayungi berpuluh bahkan beratus anggota. Selama internal komunitas solid, biasanya komunitas tersebut akan tetap bertahan dan survive menghadapi tantangan zaman dan tekanan publik.

Disadari atau tidak kehancuran sebuah komunitas, sayangnya justru datang dari dalam tubuh komunitas itu sendiri. Internal yang tidak solid. Sengaja ataupun tidak, komunitas tersebut mulai keluar dari visi dan misinya. Tarik menarik kepentingan beberapa kelompok tak lepas dari permainan intrik belaka. Merasa telah berbuat banyak dan memberi andil kepada komunitas.

Bibit kehancuran komunitas terlihat, bila pemilik atau pemimpin komunitas tidak pandai menjalin komunikasi yang baik dan bersahabat. Salah menempatkan orang. Tidak peka dengan ketidak nyamanan komunitas. Abai memfasilitasi pihak-pihak yang bertikai, pro dan kontra atas berbagai kebijakan komunitas. Protes anggota dianggap melecehkan kepemimpinan. Mencari muka, jilat menjilat, mengatas namakan anggota lain untuk kepentingan pribadi bisa jadi adalah menu sehari-hari sebuah komunitas.

Kehancuran komunitas lesbian kadang dipicu yang namanya, asmara. Akhirnya, tidak bisa lagi membedakan yang mana profesionalitas yang mana masalah pribadi, kedua-duanya dibawa ke arena publik dan jadi pergujingan diantara anggota (maklum, isinya wedok kabeh!). Mereka lupa kalau komunitasnya telah go public.

Biasanya, komunitas lesbian terbentuk dari jalinan pertemanan. Dan tidak selamanya pertemanan itu akan langgeng. Tergantung apakah si teman merasa masih eksis atau terabaikan. Namanya komunitas, anggotanya akan datang dan pergi silih berganti. Jika pemimpin komunitas adalah orang yang, merasa dirinya paling dibutuhkan, arogan, irasional dan lebih perhatian terhadap anggota atau teman baru, bisa saja teman yang dulunya seiring sehaluan akan berpaling pindah ke lain komunitas dan menjadi musuh. Hal ini jauh lebih berbahaya. Mungkin saja teman yang dulunya sama-sama membidani kelahiran komunitas akan menyeberang dan membeberkan rahasia dan aib komunitas lamanya. Dada dua, kelamin sejenis, dalamnya hati siapa yang tahu!.

Setiap orang memang memiliki hak untuk menentukan jalan hidup dan pilihannya, terlepas Dari keyakinan Umum bahwa setiap orang punya Tipe pasanganya sendiri – sendiri, Tapi ketika kita berbicara tentang lesbian entah kenapa selalu ada keyakinan mayoritas yang cenderung Berangggapan bahwa tipe dari seorang lesbian adalah “perempuan.” Dari hasil Investivigasi yang kami lakukan , saya pikir keyakinan itu memang asal-asalan yang entah bagaimana asal mulanya dan apa dasarnya. Sebagai contoh Saking jengkelnya pernah suatu ketika saya bilang ke seorang teman perempuan Saya yang sedikit “tomboy” , yang sudah berjam-jam bawel banget nanyain pendapat saya tentang semua perempuan yang melintas disekitar kafe tempat saya nongkrong, sampai akhirnya saya memutuskan mengakhirinya dengan mengajukan satu pertanyaan: kamu Lesbi khan? Sukanya sama cowok dong?” dia jawab: “iya, kenapa emangnya?” Lihat satu-satu semua cowok disekeliling kita, apakah kamu suka semua dari mereka?” spontan dia menyahut: “ya enggak lah, gua khan puya tipe gue!” Trus langsung aku sambar: “jadi kenapa dong kamu pikir gue nggak punya tipe perempuan yang gue suka?” Dia langsung nyengir, “iya juga ya, kenapa saya berfikir bahwa Teman Perempuan saya Seorang lesbi hanya kerana Penampilan dia Yang agak keCowo-cowoan?”. Dari percakapan tersebut saya Sedikit Mengambil keputusan Mungkin Kaum lesbi selain Acap kali di kecewakan oleh kaum Pria mungkin para lesbian Memiliki Kriteria tersendiri dalam Menjalin suatu hubungan . Dengan begitu Kaum lesbi Mungkin Merasa nyaman dalam menjalin suatu Hubungan dengan pasangannya yang sesama Jenis.

Tidak mudah untuk bisa membangun suatu hubungan lesbian yang nyata dan bukan sekedar hubunan backstreet. Saat kaum para lesbian Menginginkan ruang tersendiri untuk mengepresikan rasa saying mereka ke pasangannya, saya rasa ini bukan keinginan yang berlebihan. Pada kenyataannya bukannya mudah memperoleh pasangan yang mau diajak membangun hubungan yang nyata. Waktu pertama-tama menjalin hubungan, saya pikir yang tersulit adalah menemukan seseorang yang menyakini orientasi seksualnya yang lesbian. Setelah beberapa hubungan gagal, saya tahu kemudian bahwa yang lebih sulit adalah menemukan seorang lesbian yang tahu dan mau menjalani hidupnya sebagai lesbian dan merealisasikan hubungannya. Kebanyakan lesbian yang saya Wawancarai menjalani hidupnya dengan menyembunyikan hubungan lesbiannya dan menganggapnya sebagai kewajaran. Saya kok berkeyakinan bahwa memiliki suatu hubungan punya kaitan erat dengan memperoleh pengakuan orang lain entah dari pasangan Maupun dari keluarga. Saat seorang lesbian menyembunyikan hubungannya maka ia situasinya jadi dilematis. Disatu sisi dia merasa memperoleh pengakuan (dari pasangannya) tapi disisi lain ia menolak pengakuan lain diluar itu. Ujung-ujung hubungan jadi kacau balau, posesif, saling curiga, semuanya serba salah. Kalau sudah begini relationship atau relationshit? Kadang-kadang memang mudah dimengerti pilihan sebagian lesbian untuk hidup selibat dan aseksual, paling enggak bisa hidup dengan sedikit potensi masalah. Acapkali situasi ini (menyembunyikan hubungan) tidak dibentuk secara sadar, tapi lebih kepada upaya masing-masing lesbian yang terlibat dalam hubungan itu untuk bersikap realistis dan akomodatif akan penolakan mayoritas terhadap orientasi seksual mereka. Logika sederhananya adalah bahwa setiap manusia butuh cinta dan pengakuan, bukannya cinta atau pengakuan. Wajar setiap dari kita punya keluarga, sahabat yang juga kita sayangi, tapi kemudian jika menyayangi mereka berarti memilih untuk tidak menyayangi diri sendiri atau pasangan kita, maka bagi saya itu bukan pilihan. Karena saya bukanlah orang yang menyayangi mereka atau yang mereka sayangi.

1 komentar:

  1. Maaf sdr Rikih, sepertinya anda lupa untuk menyertakan link dr blog mana anda mengambil info "Komunitas Lesbian". Setau saya Komunitas Lesbian dlm artikel anda ini adalah milik dr blog Sinyo Nepenthes http://sinyoijo.blogspot.com/2009/06/komunitas-lesbian.html
    Mudahan kedepan sdr Rikih lebih berhati-hati bila memposting sebuah artikel. Terima kasih

    wassalam
    Sinyo Nepenthes

    BalasHapus